Hosting Murah

Jumat, 06 Mei 2011

Berbagai Tingkatan Manusia Dan Berbagai Kedudukan Mereka

Syaikh 'Abdul Qadir Jailani R.A berkata:
Ada empat golongan manusia.
    Golongan Pertama adalah orang yang tidak mempunyai lisan dan hati. Dialah orang yang durhaka, semua perbuatannya tercela, yang tidak diperdulikan Allah SWT, dan tidak memiliki kebaikan di dalam dirinya. Dia dan yang semacamnya bagaikan sampah yang tidak berarti. Kecuali jika Allah SWT mencurahkan rahmat-Nya, lalu membimbing hati mereka menuju hidayah untuk beriman kepada Allah, dan menggerakkan anggota badan mereka untuk melaksanakan ketaatan kepada-Nya.

    Golongan Kedua adalah orang yang mempunyai lisan tetapi tidak mempunyai hati. Ia berbicara tentang kearifan tetapi tidak melakukannya. Ia mengajak orang ke jalan Allah tetapi ia sendiri lari dari-Nya. Ia mencela aib orang lain tetapi aib itu masih terus ada dalam dirinya.
Terhadap orang seperti inilah Rasulullah saw. memperingatkan kita dengan sabdanya: "Yang paling aku takutkan dari ummatku adalah orang munafik yang alim dalam ucapan."
(Hadist riwayat Thabrani dalam Al-Kabir, dari Abi Rafi r.a

    Golongan Ketiga adalah yang mempunyai hati tetapi tidak mempunyai lisan. Yaitu orang mukmin yang disembunyikan Allah dari makhluk-Nya. Dia menjaganya, menyandarkannya akan aib-aib yang ada dalam dirinya, menerangi hatinya, dan memperkenalkan kepadanya hal-hal yang tercela dalam bergaul dengan orang da dari pembicaraan atau ucapan yang tidak baik. Sehingga dia yakin bahwa keselamatan adalah dengan diam dan menyendiri. Rasulullah bersabda: "Ibadah itu ada sepuluh bagian, sembilan di antaranya adalah diam"
(Hadist riwayat Ibn ad-Dunya dalam Ash-Shamt wa Adab al-Lisan)

    Golongan Keempat adalah orang yang memiliki lisan dan hati. Yaitu orang yang diundang ke alam malakut sebagai orang mulia, sebagaimana diterangkan dalam hadist: 
"Barangsiapa yang belajar dan mengamalkan serta mengajarkan, akan diundang ke alam malakut sebagai orang mulia." (Hadist riwayat Abu Khaitsamah an Nasa'i dalam kitab Al-Ilm, dan Ibnu al-Jauzi dalam Tarjamah Sufyan ats-Tsauri)

Dialah orang  yang memahami Allah dan tanda-tandaNya. Allah menganugerahkan keajaiban ilmu-Nya dalam hatinya, memberikan kemudahan untuk mengetahui rahasia-rahasia yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Allah telah memilih dan mengangkatnya, Allah telah menunjukkan jalan untuk dekat kepada-Nya, dan telah melapangkan dadanya untuk menerima rahasia-rahasia yang tersembunyi dan berbagai macam ilmu, dan menjadikannya orang yang paham mana yang baik dan mana yang buruk serta menjadi penyeru kebaikan bagi hamba Allah, pemberi peringatan bagi mereka, menjadi hujjah bagi mereka, pemberi petunjuk dan mendapatkan petunjuk, pemberi syafaat dan yang mendapatkan syafaat, yang benar, dibenarkan, dan membenarkan, sebagaimana penerus Rasul dan Nabi-Nya--- semoga Allah mencurahkan keselamatan, barakah, dan salam-Nya kepada mereka.

Inilah tujuan akhir bani Adam, tidak ada kedudukan di atas kedudukan ini kecuali kenabian. Oleh karena itu, harus kita meraihnya, dan janganlah menyalahi orang seperti dia, menjauhi-Nya, serta tidak mau menerima-Nya. Merujuklah kepada ucapan dan nasihatnya, karena keselamatan ada pada apa yang dikatakannya dan ada di pihaknya, dan kebinasaan serta kesesatan ada pada yang lain, kecuali orang diberi taufiq dan hidayah oleh Allah SWT.
Telah dijelaskan pembagian manusia. Maka hendaknya lihatlah dirimu sendiri jika engkau memiliki wawasan, jagalah dirimu jika engkau dapat menjaganya dan mempunyai perhatian kepadanya. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua kepada yang dicintai dan diridhai-Nya, baik di dunia maupun di akhirat, dengan rahmat-Nya.

Wallahu a'lam bishshawab 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar